Senin, 01 Juni 2015

Keislaman



Kewajiban Muslim Terhadap Al-Quran
SAMPAI saat ini, masih ada sebagian muslim yang merasa tidak beruntung memiliki kitab suci Al-Quran. Selain karena bahasa pengantarnya berbahasa Arab, juga karena ada isi dan kandungan Al-Quran yang kontradiktif dengan kehendak nafsunya, seperti pembagian waris yang katanya tidak adil antara laki-laki dan perempuan, kebolehan poligami yang disinyalir meremehkan derajat kaum hawa, atau hukum qishash yang dianggap tidak beradab, tidak berprikemanusian dan barbarian.
Tentunya, sikap jahili seperti di atas tidak boleh diberi ruang gerak di hati kaum beriman. Terlalu naif bila manusia yang diciptakan Allah dalam wujud yang sangat lemah dan pikiran yang begitu terbatas, merasa sok pintar menentang ketentuan Allah Yang Mahakuat dan Mahatahu. Allah menghadirkan Al-Quran ke tengah-tengah manusia justru karena Ia menghendaki kemaslahatan bagi makhluk-Nya bila bersedia melaksanakan isinya.
Kehidupan seorang muslim harus terkait dan terikat dengan Al-Quranul karim agar ia selamat baik di dunia maupun di akhirat. Pada prinsipnya ada empat kewajiban seorang muslim terhadap Al-Quran, yaitu :
1.     Meyakini Al-Quran dengan benar
Seorang muslim wajib meyakini sepenuh hati bahwa Al-Quran merupakan wahyu Allah yang terlepas dari intervensi nafsu manusia dan kandungannya pasti benar. Keyakinan ini harus mantap tertancap di sanubari tanpa ada keraguan sedikit pun, termasuk meyakini Al-Quran sebagai kitab yang terjaga keasliannya, tidak ada tahrif (penambahan dan pengurangan) di dalamnya. Orisinilitas Al-Quran bisa dipertanggungjawabkan berdasarkan beberapa alasan:
Pertama, dalil naqli QS. Al-Hijr: 9 yang berbunyi,
 Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Quran dan Kami pula yang menjaganya. (Q.S. Al-Hijr: 9).
Ibnu Abbas menjelaskan maksud lahaafiduun, yaitu Allah pasti menjaga Al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad ini dari upaya penambahan, pengurangan, dan perubahan hukum yang dilakukan orang-orang kafir dan syetan-syetan.
Kedua, Al-Quran merupakan mukjizat, pasti mukjizat tidak dapat ditandingi atau dipalsukan. Allah menantang manusia untuk menandingi Al-Quran dengan tiga tantangan, yaitu menantang manusia (termasuk jin) agar mendatangkan kitab yang semisal dengan Al-Quran (Q.S. Al-Isra: 88). Bila tidak mampu, Allah memberikan keringanan kepada manusia untuk membuat sepuluh surat saja yang semisal (Q.S. Hud: 13). Bahkan kalau manusia belum mampu (dan pasti tidak akan mampu), Allah mempersilahkan manusia mendatangkan satu surat yang semisal (Q.S. Al-Baqarah: 23).
Sejarah mencatat, usaha sia-sia orang kafir dalam menyambut tantangan Allah ini, sebut saja nabi gadungan Musailamah Al-Kadzab, ia pernah membuat satu surat yang diklaimnya sebagai wahyu dan membacakannya pada manusia, namun karyanya itu menjadi bahan tertawaan para gembong penyair. Hingga kini pun, upaya keras kaum kafirin merusak Al-Quran terus berlangsung dengan hasil nihil serta mempertontonkan kelemahannya.
Ketiga, banyak muslim yang hafal seluruh Al-Quran dan bukti-bukti otentik banyaknya mushaf-mushaf Al-Quran di berbagai negara dari dulu sampai sekarang. Kenyataan ini memperteguh keorisinilan Al-Quran baik huruf dan lafadnya maupun isinya.
2.     Membaca Al-Quran dengan benar
Tidak ada satu kitab pun di dunia ini yang menegaskan secara jelas bahwa membacanya menjadi pahala kecuali Al-Quran. Bahkan tidak ada satu keterangan pun yang menyebutkan bahwa membaca hadits akan mendapat pahala, hanya saja kita diberi pahala dari mendapatkan ilmunya bukan membaca huruf per huruf seperti Al-Quran. Rasulullah bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفاً مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ فَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَالاَ أَقُوْلُ الم حَرْفٌ وَلكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَاللاَمُ حَرْفٌ وَ مِيْمٌ حَرْفٌ (رواه البخارى)
Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah (Al-Quran), maka baginya satu kebaikan, dan setiap kebaikan dilipatkan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan bahwa alif laam miim satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu hutuf.(H.R. Al-Bukhari).
Dalam kesempatan yang lain rasulullah pernah bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَءُ القُرْانَ كَمَثَلِ الأُتْرُجَةِ رِيْحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَاطَيِّبٌ (رواه البخارى)
Perumpaan mukmin yang membaca Al-Quran ibarat buah jeruk, harum baunya dan lezat rasanya. (H.R. Al-Bukhari).
Oleh sebab itu, sahabat-sahabat nabi senantiasa melewatkan malamnya dengan lantunan ayat-ayat Al-Quran. Dalam sebuah riwayat, rasulullah pernah lewat di samping rumah sahabat Anshar, beliau berhenti dari satu rumah ke rumah lain pada malam gulita, beliau mendengar bacaan Al-Quran. Selanjutnya Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Musa Al-Asy'ary bahwasanya rasulullah bersabda, Andaikan engkau melihat aku tadi malam ketika aku mendengar bacaanmu, sungguh engkau telah menghiasi pendengaranku dengan sebuah tiupan seruling pengikut Daud…
Selayaknya, salah satu komitmen seorang muslim ialah mengikuti rutinitas orang-orang shaleh dahulu yaitu membaca Al-Quran. Sayang memang, banyak di antara kita berpendapat bahwa ibadah itu tidak hanya membaca Al-Quran, tapi mencari nafkah, mendidik anak juga ibadah. Padahal membaca Al-Quran dengan mencari nafkah dan mendidik anak itu merupakan dua ibadah yang terpisah, yang kedua-duanya harus ditunaikan.
Tidak jarang sebagian kita menghabiskan malam justru dengan kegiataan-kegiatan tidak berguna, hampir tidak keluar dari mulut kita satu kata pun dari kalam Allah. Seandainya rasulullah masih hidup dan berkeliling ke rumah-rumah muslim hari ini, sepertinya beliau akan menyaksikan pemandangan yang menyedihkan, beliau akan mendapatkan sebagian umatnya sedang terlibat dengan hiburan-hiburan malam dari seruling pengikut setan yang mengeraskan hati saja.
3.     Mempelajari Al-Quran dengan benar
Seorang muslim, minimal harus mengetahui perkara-perkara yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah di dalam Al-Quran. Tidak patut seorang muslim mengaku tidak tahu hukum makan daging babi, makan harta riba atau meminum arak, sebab semua itu sudah terlalu jelas keharamannya di dalam Al-Quran. Dan bagi mereka yang memiliki kemampuan, ia bisa mencurahkan potensi dalam upaya merenungkan dan menggali isinya agar dapat mengambil pelajaran dan petunjuk darinya, ia dapat mempelajari disiplin–disiplin ilmu yang terkait dengan Al-Quran, seperti ilmu tafsir, asbabun nuzul, nasikh mansukh, qira'at, dan lain-lain.
Seseorang yang mempelajari Al-Quran akan menemukan kemukjizatan Al-Quran yang luar biasa sehingga menambah keyakinan bahwa Al-Quran adalah wahyu bukan buatan Nabi Muhammad sebagaimana tuduhannya orang-orang kafir. Sekedar contoh, tidak sedikit ilmuwan Barat terkagum-kagum dan menyatakan keislamannya setelah di hadapannya terhampar sejumlah bukti kebenaran Al-Quran yang sejalan dengan ilmu pengetahuan modern. Misalnya, Mr. Jacques Yves Costeau, seorang ahli selam perancis yang dulu sering muncul dalam film dokumenter bertajuk, Discovery tentang keindahan laut. Saat menyelam, ia menemukan kumpulan mata air tawar yang tidak tercampur air laut yang asin seolah ada dinding pemisah.
Ia pun bertemu dengan sahabat muslimnya dan menceritakan kejadian itu, maka sahabatnya itu membacakan sebuah ayat dalam Al-Quran yang berbunyi,
Dia membiarkan dua lautan mengalir, keduanya bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak bisa ditembus. (Q.S. Ar-Rahman: 19 – 20).
Dan banyak contoh lain lagi yang akan membuat kita terpesona dan takjub  dengan kedalaman yang dimiliki kitab Al-Quran bila kita benar-benar mengkajinya. Tidaklah berlebihan jika ada ulama yang menyebut Al-Quran sebagai Kitabul khaalid 'athaaul mutajaddid, sebuah kitab permanen, selalu memberikan sesuatu yang baru.
4.     Mengamalkan Al-Quran dengan benar
Konsekuensi logis sebagai muslim yang meyakini kebenaran Al-Quran adalah bersedia mengamalkan seluruh kandungannya di dalam kehidupan sehari-hari tanpa dipilah-pilah, mulai dari yang ringan sampai yang terasa berat sekalipun, ia ridha diatur oleh ketentuan-ketentuan yang tertera di dalam Al-Quran, baik ia sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Kita harus iri pada para sahabat dan ulama-ulama yang telah mampu mengamalkan Al-Quran dengan baik.
Ibnu Umar meriwayatkan bahwa rasulullah pernah bersabda,
لاَ حَسَدَ اِلاَّ فِي اثْنَتَيْنِ:رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوْهُ آنَاءَ اللَيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ, وَرَجُلٌ أَعْطَاهُ اللهُ مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ (رواه البخارى)
Tidak boleh mendengki kecuali terhadap dua hal, (yaitu) seseorang yang diberi oleh Allah (penguasaan yang baik tentang) Al-Quran, kemudian ia membacakannya pada pertengahan malam dan pada pertengahan siang, dan seseorang yang diberi oleh Allah harta, kemudian ia menginfakkannya pada pertengahan malam dan pada pertengahan siang.(HR. Al-Bukhari).

Al-Quran tidak cukup hanya diyakini, dibaca, dan dipelajari saja. Namun mesti diamalkan. Dengan kata lain, harus ada keseimbangan dan kerjasama yang sinergis antara ilmu yang telah dimiliki dengan amal dan perbuatan nyata. Ilmu yang amaliah dan amal yang ilmiah.
Al-Quran tidak bisa disamakan dengan dokumen yang telah usang, hanya sebatas diperingati nuzulnya, atau hanya dimusabaqahkan setiap tahun, tetapi para pembacanya dibelenggu agar menjadi muslim parsial, yaitu seorang muslim baru ketahuan kemuslimannya saat ia berada di mesjid dan tidak ada perbedaan yang esensial dengan nonmuslim saat ia sedang di kantor, di pasar serta di tempat-tempat lain. Murad Wilfred Hoffman, seorang intelektual muslim Jerman menyindir perilaku beragama seperti ini dalam bukunya Yauma Yaati Maani Muslim, beliau berujar, Sebagian orang berusaha memisahkan kandungan Al-Quran, antara teks-teks yang berkaitan dengan ushuluddin/pokok agama dan norma-norma-norma perilaku kehidupan sehari-hari yang dipengaruhi zaman. Mereka mengatakan dengan keliru bahwa orang hendaklah bersikap rasional dan tidak berlebihan, sehingga melupakan segi-segi yang telah usang dalam Al-Quran dan tidak layak lagi.” Dan di akhir tulisan ia mengajukan pertanyaan, Bagaimana orang dapat merasakan kenikmatan yang diberikan Islam, jika orang tersebut tidak menyerahkan dirinya kepada Allah secara secara total ? Sebuah pertanyaan retoris yang tidak butuh jawaban verbal, tapi lebih pada tuntutan perubahan berperilaku.
Ibnu Taimiyah berkata, “Barangsiapa tidak mau membaca Al-Quran berarti ia menghindarinya, dan barangsiapa membaca Al-Quran namun tidak menghayati maknanya maka ia menghindarinya, barangsiapa membaca Al-Quran serta menghayatinya, namun tidak mengamalkan isinya, maka ia pun menghindarinya. Perkataan beliau ini didasarkan firman Allah,
Berkatalah rasul, 'Ya Robbi, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran ini suatu yang diacuhkan.'”(Q.S. Al-Furqan: 30).

Al-Quran dan Dakwah
Satu hal yang tidak boleh luput dari aktivitas seorang muslim setelah menunaikan empat kewajiban terhadap Al-Quran, ia juga dibebani tugas untuk mengajak, menyeru, dan mengembalikan manusia agar tunduk mengikuti Al-Quran. Isi Al-Quran perlu disosialisasikan ke seluruh pelosok planet bumi ini sebagaimana yang telah dijalani oleh figur utama kita Nabi Muhammad Al-Quran merupakan kitab dakwah yang memuat landasan-landasan teoritis yang berkaitan dengan dakwah, baik berupa perintah, metode, tujuan, karakter da'i, dan termasuk -tentunya- materi-materi dakwah. Sedangkan dakwah sebagai manifestasi dan wujud kegiatan penyebarluasan nilai-nilai Al-Quran ke seluruh lapisan masyarakat. Mendakwahkan Al-Quran sangatlah penting, sebab bisa jadi ketidakmauan manusia mengimani Al-Quran bukan hanya karena mereka tidak berfikir secara jujur dan karena ingkar walaupun tahu Al-Quran dari Allah, sebagiannya mungkin karena jauh belum tersentuh oleh dakwah.
Penulis: Ustad Ramdan Priatna

Keislaman

Khitan dalam Konsepsi Islam dan Medis

KHITAN berasal dari kata bahasa Arab kha – ta – na, yang memiliki arti memotong. Khitan hubungannya dengan alat kelamin, khususnya alat kelamin pria yang disebut penis atau zakar. Penis memiliki saluran uretra. Saluran uretra ini berfungsi mengeluarkan air mani (sperma) dan mengeluarkan air kencing. Penis juga memiliki kepala penis (gland penis). Kepala penis ini dibungkus oleh selaput kepala penis yang disebut praeputium (kuluf).
Nah, khitan untuk laki-laki berarti memotong praeputium (kuluf) sampai akhirnya kepala penis tidak terbungkus lagi. Adapun khitan untuk perempuan berarti memotong klitoral hood atau disebut juga praeputium clitoridis and clitoral prepuce adalah lipatan kulit yang mengelilingi dan melindungi clitoral glans (batang klitoris). Namun di Indonesia, mengkhitan perempuan tidaklah popular, bahkan dianggap ganjil.
Nabi Ibrahim Berkhitan
Berdasarkan asal-usulnya, orang yang pertama kali dikhitan adalah Nabi Ibrahim alahissalam. Beliau berkhitan pada usia 80 tahun menggunakan sebuah alat bernama qadum (sejenis kapak). Sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
اخْتَتَنَ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام وَهُوَ ابْنُ ثَمَانِينَ سَنَةً بِالْقَدُّومِ
“Nabi Ibrahim alaihissalam dikhitan saat beliau berusia delapan puluh tahun dengan menggunakan qadum.” (H.R. Al-Bukhari)
Nabi kita pun, Nabi Muhammad berkhitan karena diperintahkan oleh Allah untuk mengikuti millah (ajaran) Nabi Ibrahim. Allah Azza wa Jalla berfirman,
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ‘Ikuti millah Ibrahim yang lurus’. Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (Q.S. An-Nahl: 123)
Khitan Berdasarkan Hukum Fikih
Sebenarnya, asal hukum berkhitan adalah sunnah saja. Kita tahu definisi hukum sunnah berarti “Berpahala jika dikerjakan, tidak berdosa jika ditinggalkan.” (Maa yusaabu ‘alaa fi’lihi wa laa yu’aaqabu ‘alaa tarkihi).
Hukum khitan sejajar dengan hukum mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan mencukur kumis. Semuanya sunnah saja. Rasulullah bersabda,
الْفِطْرَةُ خَمْسٌ الْخِتَانُ وَالِاسْتِحْدَادُ وَنَتْفُ الْإِبْطِ وَقَصُّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ
"(Sunah) fitrah itu ada lima, yaitu; khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, mencukur kumis dan memotong kuku." (H.R. Al-Bukhari)
Namun karena khitan itu berhubungan erat dengan ibadah shalat, yang, syarat ibadah shalat itu harus bersih dari hadats dan najis. Cara membersihkan hadats dan najis tersebut dengan wudhu atau mandi. Nah, wudhu atau mandi seseorang yang tidak dikhitan belum bisa mengangkat hadats dan najis, karena air kencing tidak keluar semua, tetapi ada yang tersisa di selaput kepala penis (praeputium). Satu-satu cara yang efektif untuk menghilangkan hadats dan najis yang ada di selaput kepala penis adalah berkhitan. Dengan demikian, status hukum berkhitan naik derajat dari sunnah menjadi wajib, artinya “Berpahala jika dikerjakan, dan berdosa jika ditinggalkan.” (Maa yusaabu ‘alaa fi’lihi wa yu’aaqabu ‘alaa tarkihi).
Begitulah hukum Islam, kewajiban shalat tidak bisa sempurna kecuali dengan berkhitan, maka hukum khitan menjadi wajib. Kaidah ushul fikih mengatakan,
ما لا يتم الوجوب الا به فهو واجب
“Tidak sempurnanya sebuah kewajiban kecuali dengan hal lain, maka hal lain itu menjadi wajib.”
Contoh kaidah ini selain dalam khitan, misalnya mempelajari bahasa Arab. Hukum belajar bahasa Arab tidaklah wajib. Namun bagi siapa saja yang ingin menjadi ahli tafsir, maka wajib memahami bahasa Arab.
Khitan Berdasarkan Medis
Sebelum seorang laki-laki dikhitan, air kencing yang dikeluarkannya tersisa di selaput kepala penis (praeputium). Nantinya, air itu berubah warna menjadi putih dan bau, namanya smegma, di dalam smegma ini hiduplah virus yang bisa mengakibatkan kanker kelamin. Jika si laki-laki yang memiliki penyakit kanker kelamin ini berhubungan badan dengan istrinya, bisa jadi istrinya tertular penyakit berbahaya ini yang mengakibatkan kanker rahim.
Begitu luar biasanya ajaran Islam yang tidak pernah bertentangan dengan ilmu kedokteran. Ya pasti begitu, karena ajaran Islam diturunkan oleh Allah Azza wa Jalla yang menciptakan manusia itu sendiri. Mustahil Allah menurunkan syariat yang berbahaya untuk umat-Nya. Kaidah ushul fikih mengatakan,
“Di mana saja ada syariat Allah, maka di sana ada kemaslahatan.”
Inilah yang harus menjadi keyakinan setiap muslim. Jangan merasa khawatir dalam menjalankan syariat Allah. Memang dalam prakteknya, ada syariat-syariat yang bisa diketahui hikmahnya dan ada juga syariat yang mungkin belum diketahui kemaslahatannya. Namun kita tidaklah beribadah kepada Allah berdasarkan kemaslahatan, melainkan karena murni menunaikan perintah Allah Azza wa Jalla.
Khitan Berdasarkan Aspek Seksual
Kepala penis (gland penis/kuluf) itu memiliki karakter peka, mudah linu, dan mudah terangsang. Dengan dikhitan, kepala penis akan sering bergesekkan dengan pakaian kita terus menerus. Sehingga, kepala penis pun menjadi kasar dan tidak terlalu peka, tidak mudah linu, dan tidak mudah terangsang. Berarti keuntungan berkhitan adalah mempersiapkan anak laki-laki jika nanti sudah dewasa dan berumah tangga bisa menjadi seorang suami yang memberi kepuasan batin pada pasangannya, karena ia tidak mudah ejakulasi.
Sepertinya urusan ejakulasi merupakan urusan sepele. Tapi tahukan Anda, berapa banyak rumah tangga yang harus berakhir gara-gara masalah ini? Atau, kalaupun tidak berakhir, sang istri mencari kepuasan pada laki-laki lain yang dianggap lebih hebat dari suaminya. Naudzu billah min dzalik.
Penulis: Ustad Ramdan Priatna, S.Sos.I (Disarikan dari berbagai sumber)

Minggu, 24 Mei 2015

Unduhan

Belum Tersedia (insya Allah sedang kami persiapkan)

Profil



TK ISLAM TERPADU
BAHTERA NUH
Shalih Cerdas Kreatif

Jl. Gandasoli Kidul No. 42 Gandasari Kec. Katapang Kab. Bandung 40971
Telp. 0853 1514 7405 e-mail: sditbahteranuh@gmail.com FB: sdit bahtera nuh
 

PENDAHULUAN
Orangtua memiliki tanggung jawab besar di dalam mendidik putra-putrinya. Bukan sekedar bertanggung jawab untuk mencerdaskan otaknya saja, tapi yang utama adalah bertanggung jawab untuk menyalehkan sang buah hati.
Namun menyalehkan anak bukanlah pekerjaan mudah. Di dalamnya ada peranan Allah sebagai pemberi hidayah, dipengaruhi juga dengan ikhtiar manusia yang harus maksimal. Sangat diperlukan kepiawaian dalam seni mendidik anak, tidak bisa dilakukan dengan asal-asalan.
Karena itu, dalam rangka membantu orangtua dalam mendidik buah hatinya, maka kami membuka TKIT BAHTERA NUH yang siap mengasuh dan membimbing para santri dengan berbagai macam disiplin ilmu, baik teori maupun prakteknya. Semoga saja harapan memiliki buah hati yang shaleh, cerdas, dan kreatif menjadi kenyataan.

VISI
Terwujudnya generasi Islam yang shalih, cerdas, dan kreatif demi kesuksesan di dunia dan akhirat

MISI
o   Menyelenggarakan program pendidikan berkualitas sehingga mampu menghasilkan lulusan yang shalih, cerdas, dan kreatif sesuai dengan perkembangan usianya.
o   Menggali dan mengembangkan potensi positif yang dimiliki santri sehingga mampu menghasilkan lulusan yang bermanfaat bagi kehidupan di masa depan.

PROGRAM PEMBELAJARAN
o   Calistung
1.    Membaca huruf latin dan huruf Arab
2.    Membaca angka dan bilangan
3.    Menulis huruf latin dan huruf Arab
4.    Mengenal dan menulis angka
5.    Mengenal dasar-dasar penjumlahan dan pengurangan
o   Bahasa dan Keagamaan
1.    Mengenal kata benda dalam bahasa Inggris dan Arab
2.    Mengenal dan memahami perintah dalam bahasa Inggris dan Arab
3.    Menghapal doa harian, surat-surat pendek, dan ayat-ayat pilihan
4.    Memahami tatacara wudhu dan praktek shalat
5.    Mengenal sejarah 25 nabi dan rasul
o   Keterampilan, Kesenian, dan Olahraga
1.    Membuat produk sederhana
2.    Terampil mengerjakan tugas harian
3.    Menggambar, mewarnai, puzzle, dan lain-lain
4.    Senam santri dan renang
5.    Permainan-permainan edukatif

WAKTU BELAJAR
o   Hari Senin s.d. Jumat             : Pukul 08.00 s.d. 10.30 WIB.
o   Hari Sabtu                              : Kegiatan insidentil atau libur


TENAGA PENGAJAR
Guru TKIT BAHTERA NUH memiliki kemampuan dan pengalaman yang memadai sesuai dengan standar kualifikasi pengajar yang ideal.