ANAKKU KOK PEMALU!
(SEBUAH PANDUAN AGAR ANAK TAMPIL
PERCAYA DIRI)
Tulisan berkenaan
anak pemalu ini saya buat dengan model tanya jawab. Semoga bermanfaat!
1. Terkait tema
ini, mungkin ustad ingin menyampaikan mukadimahnya, saya persilakan!
JAWAB:
Ada anak yang pemalu, ada juga anak yang
sangat percaya diri. Nah, bersyukurlah jika Bapak/Ibu pendengar Fajrie
memiliki anak yang punya rasa percaya diri. Karena, percaya diri adalah pondasi
diri yang penting bagi kehidupan sosial dan kesehatan mental seorang anak. Rasa
percaya diri yang dimiliki seorang anak merupakan kunci kesuksesan di masa
mendatang. Hal ini dikarenakan percaya diri dapat berperan besar dalam membentuk
pola pikir seseorang yang mempengaruhinya untuk bertindak. Dengan demikian akan
memudahkan anak untuk bergaul, berani menampilkan potensi diri mereka dengan
penuh percaya diri yang dapat berujung pada keberhasilannya kelak sebagai orang
dewasa.
Untuk itu, sangatlah disayangkan apabila
seorang anak memiliki sifat pemalu. Kurang percaya diri, sifat pemalu dan
minder yang dimiliki seorang anak dapat membuatnya tidak menunjukkan bakat
terpendam yang dimilikinya atau potensi anak menjadi tidak tergali seluruhnya.
Orang lain juga tidak bisa melihat kemampuan dirinya secara penuh karena anak
tersebut menarik dirinya dari pergaulan dan kesempatan sukses yang mungkin
dapat diraih terlewatkan atau terabaikan begitu saja.
Contoh kasus sebut saja seorang anak yang malu
dan menangis saat harus tampil di depan kelas atau di atas panggung bersama
teman-temannya. Semua teman sekelasnya mampu menampilkan kemampuan mereka di
atas panggung di hadapan banyak orang seperti bernasyid, pidato, baca Al-Quran,
atau membaca puisi sementara anak tersebut malah memilih untuk bersembunyi di
balik layar atau menangis sambil mencari orang tuanya.
Atau kasus lain anak pemalu yang lebih suka
menyendiri daripada bermain dengan teman-teman sekelasnya. Karena pendiam dan
tidak mau bergabung dengan teman lainnya, menyebabkan anak pemalu tidak punya
teman di sekolah.
Jangan biarkan sifat pemalu ini terbawa
sampai anak beranjak besar, karena seiring usianya maka akan semakin sulit pula
penanganannya. Apabila Anda adalah orangtua yang memiliki anak yang pemalu dan
tidak memiliki rasa percaya diri seperti kasus di atas, simak lebih lanjut acara
talkshow ini yang akan membahas beberapa kemungkinan faktor penyebab dan tips
yang sebaiknya orang tua ketahui untuk mengatasi sifat pemalu anak untuk membuatnya
lebih berani dan penuh percaya diri.
2.
Ustad, tentu
orangtua merasa sedih dan gelisah jika memiliki anak yang sangat pemalu, tapi
bukankan kata Islam juga, bahwa kita umat Islam harus merawat dan memupuk rasa
malu? Bagaimana penjelasannya?
JAWAB:
Begini. Di antara perbedaan asasi antara
manusia dengan binatang, selain
terletak pada kemampuan akalnya, juga terletak pada kepemilikan rasa malu.
Seekor binatang seperti kuda contohnya, berlari-lari dengan tubuh telanjang
menarik delman yang dipenuhi muatan, di sepanjang jalan sesekali kencing atau
berak. Tapi karena tidak dibekali sifat malu, kita tidak akan melihat adanya
mimik yang memerah pada muka sang kuda. Namun sekali lagi, itu lumrah dan wajar
bila terjadi di dunia binatang.
Jadi sebenarnya, rasa malu merupakan sesuatu yang inheren (melekat)
pada diri setiap manusia normal tanpa kecuali. Artinya, rasa malu itu sama
dengan sifat-sifat manusiawi lainnya seperti rasa sedih, marah, cinta, atau
rasa takut yang pasti semuanya ada pada karakter setiap insan.
Nah, tanpa agama pun, setiap orang aslina punya rasa malu.
Misal, orang laki-laki Irian Jaya pakai koteka. Kemudian, Islam datang dengan
berbagai aturan hidup, baik aturan makan, minum, berbusana, berucap,
berperilaku, dan lain-lain. Ketika seorang muslim meninggalkan kewajiban dan
melakukan kemaksiatan, harus malu. Ini yang dimaksud malu imani, yakni malu
yang lahir dari keimanan. Berarti, yang diperintahkan oleh Islam itu adalah
merawat malu imani. Malu inilah yang disebut cabang iman. Sebagaimana sabda
nabi,
أَلاِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ شُعْبَةً وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ
مِنَ الاِيْمَانِ (رواه البخارى ومسلم)
"Iman itu memiliki 70 cabang, dan malu itu
merupakan cabang dari iman." (HR.
Al-Bukhari Muslim).
Contoh malu iman, malunya Nabi Yusuf
kepada Allah ketika diajak istri Al-Aziz berbuat mesum.
Ada lagi jenis malu yang lahir bukan dari
rahim keimanan, tapi lahir dari rasa minder atau tidak percaya diri. Misalnya
malu jadi orang miskin, malu melakukan shalat padahal masih remaja, malu jadi
santri, malu jadi ustad.
Jadi kesimpulannya, malu itu ada 2. Malu
yang baik, yaitu malu yang lahir dari keimanan. Dan malu yang jelek, yaitu malu
yang lahir dari rasa minder.
Nah anak kecil malu karena tidak percaya
diri.
Perlu dimatangkan pemahaman bahwa malu
itu beda dengan minder dan pendiam. Terkadang sedikit sulit membedakan ketiga
hal ini. Secara sederhana, malu adalah terkendalinya jiwa dari perbuatan
tercela, hina dan sesuatu perbuatan yang buruk. Malu adalah sebuah perasaan
yang bersumber dalam jiwa bersih pemiliknya.
Sedangkan minder adalah sikap yang
berasal dari kebingungan yang muncul pada diri manusia sebagai akibat dari
situasi tertentu. Minder terkait dengan interaksi manusia. Minder lebih
disebabkan effect dari kondisi eksternal. Sedikit berbeda dengan pendiam, yaitu
kecenderungan untuk tidak mau berbicara, atau mengeluarkan suara. Secara kasat
mata, orang pendiam tampak sebagai pemalu, dan orang pemalu tampak seperti
pendiam. Tapi orang pendiam belum tentu pemalu, dan orang yang pemalu belum
tentu diam. Konteks pendiam lebih menjurus pada komunikasi belaka, minder
komunikasi dan sikap, dan malu lebih jauh dari itu.
3.
Apa yang
dimaksud anak pemalu?
JAWAB:
Pemalu adalah sifat pasif, ketika sang anak
memiliki aktivitas motorik dan kognitif yang kurang/diam. Pemalu merupakan
kelainan perilaku. Menurut para ahli pemalu adalah gangguan yang mempunyai
ciri-ciri pasif yang monoton, biasanya memiliki kesukaran dalam berkomunikasi
dan berperilaku.
Para ahli nampaknya memiliki beberapa
pandangan yang berbeda tentang perilaku pemalu (shyness). Ada ahli yang
mengatakan bahwa pemalu adalah suatu sifat bawaan atau karakter yang terberi
sejak lahir. Ahli lain mengatakan bahwa pemalu adalah perilaku yang merupakan
hasil belajar atau respond terhadap suatu kondisi tertentu.
Ada yang mengartikannya sebagai
sesuatu yang "aneh", "hati-hati", "curiga" dan
sebagainya. Definitifnya, pemalu sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang
dimana orang tersebut sangat peduli dengan penilaian orang lain terhadap
dirinya dan merasa cemas karena penilaian sosial tersebut, sehingga cenderung
untuk menarik diri.
Kecenderungan menarik diri ini sudah dimulai
sejak masa kanak-kanak, bahkan sejak bayi. Kita dapat melihat ada bayi-bayi
yang menangis jika didekati orang atau tidak mau untuk dipegang. Sebaliknya ada
juga bayi-bayi yang tidak pemalu, mereka membiarkan diri mereka berada dekat
orang lain, dan tidak menolak digendong oleh orang yang tidak dikenal.
Sifat pemalu dapat menjadi masalah yang cukup
serius sebab akan menghambat kehidupan anak, misalnya dalam pergaulan,
pertumbuhan harga diri, belajar, dan penyesuaian diri. Umumnya ciri anak pemalu
ialah terlalu sensitif, ragu-ragu, terisolir, murung, dan juga sulit bergaul.
Jadi mereka perlu diberi bantuan.
Swallow (2000) seorang psikiater anak, membuat
daftar hal-hal yang biasanya dilakukan/dirasakan oleh anak yang pemalu:
1)
Menghindari kontak mata;
2)
Tidak mau melakukan apa-apa;
3)
Terkadang memperlihatkan perilaku mengamuk/temper tantrums
(dilakukan untuk melepaskan kecemasannya);
4)
Tidak banyak bicara, menjawab secukupnya saja seperti "ya",
"tidak", "tidak tahu", "halo";
5)
Tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan di kelas;
6)
Tidak mau meminta pertolongan atau bertanya pada orang yang tidak dikenal;
7)
Mengalami demam panggung (pipi memerah, tangan berkeringat, keringat
dingin, bibir terasa kering) di saat-saat tertentu;
8)
Menggunakan alasan sakit agar tidak perlu berhubungan dengan orang lain
(misalnya agat tidak perlu pergi ke sekolah);
9)
Mengalami psikosomatis;
10) Merasa tidak ada yang
menyukainya.
Swallow juga menyatakan adanya beberapa situasi dimana seseorang (pemalu
maupun tidak) akan mengalami rasa malu yang wajar dan lebih dapat diterima,
yaitu:
1)
Bertemu dengan orang yang baru dikenal;
2)
Tampil di depan orang banyak;
3)
Situasi baru (misalnya sekolah baru, pindah rumah baru).
4.
Menurut
Ustad, apa saja ciri-ciri anak pemalu?
JAWAB:
Orang tua tentu merasa khawatir
ketika anaknya menunjukkan perilaku yang berbeda antara di sekolah dan di
rumah. Di rumah anak terlihat lancar berbicara, tetapi di sekolah hanya diam
saja. Biasanya anak dengan kondisi seperti di atas akan diam ketika diajak
berbicara dengan orang asing, orang dewasa atau orang yang belum akrab
dengannya. Anak ini juga sering menghindari situasi keramaian atau
tempat-tempat yang banyak orangnya. Di sekolah, ketika menginginkan sesuatu,
anak menggunakan bahasa non verbal seperti mengangguk, menggelengkan kepala,
menempelkan badan atau menarik-narik baju. Kondisi di atas sering terjadi pada
anak pemalu yang ekstrim.
Beberapa karakteristik spesifik
anak pemalu yang ekstrim adalah:
1)
Anak yang
berbicara lancar di suatu situasi, tetapi tidak berbicara secara tetap di
situasi yang lain. Anak model ini biasanya mau bicara di rumah, tetapi tidak
berbicara di sekolah. Beberapa anak mungkin akan membisu pada beberapa kondisi
antara lain saat pelajaran berlangsung atau selama waktu istirahat. Selain itu,
terdapat kemungkinan anak menolak berbicara dengan guru, pada sebagian besar
teman sekelas, kepada guru dan teman, atau pada siapapun di sekolah.
2)
Interaksi
sosial dan prestasi akademik anak terganggu. Anak dengan kondisi pemalu ekstrim
seperti ini sulit untuk bergabung dengan teman-temannya dan sering menyendiri.
Anak sering diam ketika diberi pertanyaan atau diajak berbicara. Jika terjadi
di tingkat sekolah dasar, pada pelajaran yang membutuhkan banyak ketrampilan
berbicara, seperti menyanyi, pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris,
anak ini seringkali mengalami kesulitan sehingga berakhir dengan mendapat nilai
kurang.
3)
Anak tidak
mau berbicara lebih dari 1 bulan dan tidak terbatas pada bulan pertama
sekolah. Umumnya anak yang baru masuk sekolah membutuhkan waktu untuk
menyesuaikan diri, sehingga wajar jika belum berani berbicara. Namun jika lebih
dari 1 bulan bahkan sampai bertahun-tahun anak masih tetap diam di sekolah,
maka perlu segera dilakukan penanganan khusus.
4)
Anak membisu
bukan karena anak tidak memahami apa yang disampaikan oleh orang yang
mengajaknya berbicara atau tidak nyaman dengan bahasa yang digunakan.
5)
Anak tidak
mau berbicara bukan disebabkan karena gangguan bicara/faali/kecacatan yang
berkaitan dengan organ komunikasi. Anak memiliki perkembangan bicara sesuai
dengan tahap perkembangan anak seusianya.
5.
Apa sih
penyebab anak menjadi seorang pemalu?
JAWAB:
Penting bagi orangtua untuk segera menyadari
bila balita tampak pemalu. Hindari menyangkal kondisi ini lantas menganggap
anak baik-baik saja. Kenali penyebabnya dan lakukan solusinya.
1) Sulit menghadapi situasi baru. Pengalaman hidup anak memang belum sebanyak
orang dewasa, padahal dia akan sering menghadapi situasi baru. Kurangnya
pengalaman ini membuat anak cenderung menghindar. Solusi: Dorong perubahan
tanpa terburu-buru. Beri waktu anak untuk belajar mengatasi rasa malunya
sesuai iramanya, bukan waktu yang Anda tentukan. Beri pujian bila dia berhasil
mengatasi rasa malu, misalnya saat dia berani mengulurkan tangan untuk memberi
salam memulai perkenalan. Kalau sesekali masih muncul rasa malunya
bertemu orang lain, jangan diteror dengan kalimat, “Ih, gimana sih, kok nggak
pinter lagi.” Hindari bereaksi berlebihan atau malah menghukum bila anak
malu. Reaksi yang berlebihan dan hukuman malah akan membuat anak makin merasa
tertekan dan semakin malu.
2) Sering diancam, ditakut-takuti dan dicela
atau dikritik oleh orangtua atau pengasuh, anak menjadi selalu mengharapkan
umpan balik yang negatif dari orang lain.
Harapan negatif inilah yang membuat anak malah menghindari pertemuan dengan
orang lain. Solusi: Hentikan kebiasaan mengancam, menakut-nakuti dan mencela
demi mendapat kepatuhan anak. Ganti dengan kalimat-kalimat motivasi, semangat
dan pujian yang akan membangkitkan harga diri anak –modal penting untuk
mengatasi rasa malu. Kata-kata, “Ayo mandi! Kalau nggak mau mandi, nanti tidur
di bawah pohon saja, biar digigit nyamuk, semut, dan kecoa!” ganti dengan,
“Mandi, yuk. Pakai bak, atau shower? Kalau badan segar dan wangi, pasti bersih
dan sehat. Anak pintar pasti mau mandi.”
3) Pengasuhan tak konsisten. Hari ini dihukum karena membuang makanan,
lain hari dibiarkan saja. Pengasuhan tidak konsisten seperti ini membuat anak
bingung dan merasa tidak aman, yang akhirnya kemudian menimbulkan rasa malu.
Solusi: Berlakukan disiplin karena anak membutuhkan panduan dalam membangun
perilaku. Panduan yang jelas pada apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan
membuat anak merasa percaya diri karena dapat memprediksi apa yang akan dialami
saat melakukan sesuatu.
4) Orang tua tidak terlibat mengasuh anak. Ada orangtua yang tidak berminat pada urusan
anak karena menganggap keterlibatannya justru akan membuat anak menjadi manja
dan tidak mandiri. Atau, orangtua tidak punya cukup waktu untuk mengasuh anak.
Apapun alasannya, ketidakhadiran orangtua dalam hidup seorang anak akan
membentuk pemahaman pada diri sang anak bahwa dirinya tidak cukup berharga bagi
orang lain. Pemahaman ini berdampak pada hubungannya dengan lingkungan
sekitarnya, karena anak akan selalu merasa orang lain tidak berminat pada
dirinya. Ketika ada orang lain yang memperhatikan, anak justru merasa tidak
aman dan tidak nyaman. Pada beberapa kasus bahkan anak menjadi panik ketika
menjadi pusat perhatian. Solusi: Berikan cinta dan perhatian karena anak
tumbuh dan berkembang dari cinta Anda, orangtuanya. Beri kesempatan pada dia
untuk tahu bahwa dirinya dicintai. Anak yang tahu dirinya dicintai akan
mengembangkan rasa percaya diri dan dengan mudah menghalau rasa malunya. Maka,
segera peluk anak Anda, katakan Anda cinta padanya!
5) Meniru Anak melihat dan mencontoh
perilaku dari orang tuanya. Orangtua
yang pemalu biasanya punya anak pemalu. Bukan karena faktor genetis, tetapi
karena meniru. Orangtua pemalu biasanya kurang bergaul dan tak punya banyak
teman, sehingga anak pun sulit belajar cara berteman dan tidak tahu cara
berperilaku. Solusi: Atasi rasa malu Anda sendiri Tunjukkan pada anak
cara berperilaku komunikasi yang benar, seperti menatap mata lawan bicara,
menyapa orang yang dikenal saat berpapasan di jalan atau memberi salam saat
bertamu dan berpamitan.
6) “Bawaan” lahir. Ada bayi yang sudah tampak pemalu di usia 6
bulan. Umumnya bayi pemalu akan tumbuh menjadi anak pemalu. Solusi: Paparkan
anak pada lingkungan misalnya dengan mengajaknya ke minimarket yang
berbeda-beda dan tunjukkan cara berkomunikasi dengan petugas di sana.
Juga pertemukan dengan orang baru sesering mungkin, misalnya dengan
mengajak anak ke pesta ulang tahun, pertemuan keluarga atau arisan. Atau adakan
playdate dengan teman baru. Jangan biarkan anak menyendiri. Anak pemalu
cenderung menghindari dan menjauhkan diri dari orang lain. Carikan teman baru,
ajak anak berkenalan dan bermain bersama. Puji anak bila berhasil melakukannya.
7) Anak terlalu dilindungi sehingga tidak punya
kesempatan untuk mandiri, dan kurang rasa percaya diri yang diperlukan untuk
membuat keputusan bagi dirinya sendiri. Anak yang
terlalu dilindungi cenderung selalu merasa tidak aman, yang kemudian
memunculkan rasa malu. Solusi: Ajarkan tanggung jawab dan dorong
kemandirian agar ia tidak tergantung pada orang tua atau pengasuhnya.
Anak yang terlalu tergantung enggan mengambil risiko dalam berteman dan ikut
dalam kegiatan lingkungan. Kemandirian pada anak diajarkan bertahap:
6.
Lalu apa
yang harus dilakukan orangtua untuk anaknya agar tidak menjadi seorang pemalu?
JAWAB:
Anda tentu bisa mencegah tumbuhnya
rasa malu pada diri anak sedini mungkin.
1)
Ajarkan keterampilan sosial dengan
mengajarkan anak cara berkenalan pada saat bertemu orang baru. Bantu ia
menyodorkan tangan untuk bersalaman dan menyebutkan nama, walau belum sempurna
benar tidak apa. Saat mulai belajar berteman, ajarkan anak untuk memelihara
pertemanan dengan bersikap sopan, misalnya minta tolong dengan sopan, bukannya
menyuruh. Minta maaf bila tidak sengaja menginjak kaki teman dan mengucapkan
terima kasih bila menerima bantuan atau hadiah.
2)
Hindari memberi label “anak pemalu” atau membiarkan orang lain
menyebut anak Anda pemalu. Ia akan hidup dalam sebutan itu. Kalau ada orang
yang mengatakan anak Anda pemalu, jawab dengan, “Oh, anak saya bukannya malu.
Dia hanya sedang cari bahan obrolan. Sebentar lagi dia pasti mau diajak
ngobrol.” Atau, “Anak saya butuh waktu untuk kenal orang baru.”
3)
Bantu anak merasa mampu. Beri
kesempatan anak untuk menunjukkan kemampuannya, menunjukkan dirinya dia
penting, dengan misalnya memberinya tugas –yang ia mampu, seperti menata
sendok menjelang waktu makan– , ikutkan ia menentukan menu makanan, ajak ikut
mengangkat belanjaan dan biasakan ia memilih sendiri baju yang akan dipakai.
4) Bangun
hubungan saling percaya. Rasa malu bisa terbentuk karena anak tidak percaya orang
lain. Pada kasus ini, orangtua harus berusaha ekstra keras untuk membangunnya
1.
Biarkan anak melakukan eksplorasi.
Saat
anak masih bayi sebaiknya orang tua memberikan pola pengasuhan yang baik dengan
cara banyak memberikan kesempatan bagi bayi Anda untuk melakukan eksplorasi
terhadap segala hal yang diinginkannya. Tapi tentu saja anak harus tetap dalam
pengawasan Anda apabila melakukan aktivitas atau ekslorasi hal - hal yang bisa
berisiko atau membahayakannya.
Biarkan
bayi Anda tumbuh berkembang membangun citra dirinya.
2.
Masukan anak ke sekolah.
Orang
tua bisa mengasah kecerdasan sosial bayi dengan memasukan anak ke TK atau Taman
Kanak - kanak. Dengan begitu anak akan belajar mengenal karakter berbagai macam
orang dan belajar adaptasi lingkungan di luar rumah. Anak akan bermain sambil
mengasah kemampuan dirinya bersosialisasi dengan teman sebayanya.
3.
Ajak anak ketika melakukan kunjungan.
Orang
tua juga sebaiknya sering melakukan kunjungan ke tetangga, keluarga atau teman
- teman bersama anak. Misalnya saja ajak anak ke acara arisan, pernikahan
kerabat atau khitanan tetangga.
4.
Undang teman sebaya ke rumah.
Sering
mengundang anak - anak tetangga atau teman - teman sekolah untuk sekedar
bermain di rumah bersama anak. Atau undang mereka ke rumah saat acara ulang
tahun anak, dengan begitu anak dapat belajar terus belajar berinteraksi dengan
orang lain di dalam dan luar rumah.
5.
Lakukan role - play dengan anak.
Orang
tua bisa melakukan role - play dengan anak. Misalnya Anda bisa bermain berpura
- pura baru saja bertemu di taman, berkenalan dan bercakap - cakap dengan anak.
Latih anak untuk menggunakan kalimat - kalimat perkenalan sampai anak merasa
terbiasa yang bisa digunakannya saat bertemu dengan teman baru yang baru
dikenalnya.
6.
Latih anak memiliki kontak mata dengan lawan bicara.
Bantu
anak untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga dengan kontak mata. Ketika
Anda berbicara dengannya pastikan Anda memiliki kontak mata dengan anak yang
penuh kelembutan dan cinta kepadanya. Minta anak untuk menatap mata Anda saat
berkomunikasi dengannya. Dengan latihan yang teratur anak akan terbiasa
melakukan kontak mata dengan lawan bicaranya.
7.
Jangan beri label negatif kepada anak.
Tidak
perlu orang tua memberi label kepada anak sebagai anak yang pemalu, apalagi
mengolok - olok sebutan anak pemalu ketika di depan orang lain. Label negatif
yang diberikan ini jelas akan membuat anak pemalu menjadi lebih malu, merasa
tidak nyaman karena merasa ada sesuatu yang bermasalah dengan dirinya. Hal ini
berakibat pada anak justru lebih menarik dirinya untuk tidak berinteraksi
dengan orang lain sama sekali.
8.
Berikan kata - kata positif ke anak.
Bila
ingin mengajak anak keluar rumah orang tua tidak perlu memberikan wanti - wanti
seperti "kamu nanti jangan malu ya". Daripada memberikan peringatan
seperti itu sebaiknya dorong anak untuk mengatakan "hai" kepada orang
lain yang anak akan temui. Bila perlu bawa serta mainan anak yang dapat
digunakan sebagai hal atau topik yang bisa dibicarakan anak dengan orang yang
baru dikenal tersebut.
9.
Berikan anak kesempatan untuk menjawab.
Jika
Anda dan anak sedang berjalan - jalan misalnya di sebuah toko dan bertemu
kenalan yang bertanya kepada anak Anda "halo, namanya siapa? " atau
" baru beli mainan apa dik? " Sebagai orang tua, berikan kesempatan
kepada anak untuk menjawabnya langsung kepada orang yang bertanya. Karena
biasanya banyak orang tua yang mengambil alih jawaban, menjawab penanya dengan
mengatakan misalnya “baru pulang dari pasar” atau “beli mobil - mobilan baru”.
Begitu juga ketika kunjungan ke dokter, misalnya dokter bertanya "apa yang
kamu rasakan?" biarkan anak menjelaskan rasa sakit apa yang dirasakannya
kepada dokter.
10.
Anak melakukan kegiatan yang bisa membuatnya bangga.
Jika
Anda tahu bahwa anak Anda memiliki bakat atau hobi pada suatu hal yang
membuatnya berkembang misalnya saja seperti sepak bola, masukkan anak pada
sekolah bola. Dengan melakukan hal yang diminatinya anak akan lebih nyaman
berinteraksi dengan orang lain saat bermain hal yang disukainya. Kegiatan yang
dapat membuat anak bangga dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya.
7.
Haruskah
kita khawatir jika anak kita pemalu?
JAWAB:
Anak-anak identik dengan keceriaan, yang
penuh gelak tawa, bermain bersama teman-temannya dan selalu riang. Lalu
bagaimana jika anak Anda justru sebaliknya. Bahkan di usia balita, ia menutup
diri dari teman-teman sebayanya dan terlihat seperti enggan bermain dengan
orang lain, padahal ia dalam keadaan sehat hanya saja ia malu berinteraksi. Apa
kata para pakar kesehatan anak mengenai hal ini?
Jerome Kagan, profesor psikologi di Harvard University yang meneliti mengenai anak pemalu selama 30 tahun ini mengatakan agar para orangtua melihat lagi karakteristik anak pemalu ini. Tanyakan pada diri sendiri, "Apakah sifat pemalu anak saya ini sungguh hebat hingga mengkhawatirkan akan mengganggu kebahagiaannya?" Jika kasusnya seperti itu, ia menyarankan untuk mengundang satu teman mainnya yang tak terlalu dominan untuk bermain di rumah Anda bersama si kecil. Saat si kecil sudah mulai terbiasa dengan si teman itu, undang teman yang lain lagi untuk bermain. Ia mengandaikan kondisi anak yang semacam ini seperti ketika seseorang belajar bermain di laut. Pertama celupkan jari-jari kaki dulu, lalu lama-lama makin dalam. Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa 9 dari 10 anak pemalu, kondisinya tidak perlu dikhawatirkan.
Sementara Dee Costigan, guru dari Florence, Massachusetts, AS, berpendapat dalam family.co.com, anak pemalu tidak secara otomatis berarti bahwa si anak tidak bahagia. Anak yang senang duduk di luar lingkaran teman-temannya bisa jadi ia memang tipe yang senang memerhatikan teman-temannya dan lebih nyaman menerima lingkungannya dengan menyerap informasi ketimbang terlibat di dalamnya.
Costigan mengatakan, bila ia melihat ada anak didiknya terlihat seperti ia ingin bermain tetapi terlalu malu, ia akan bertanya pada anak itu apakah si anak mau bermain dengan mainan itu. Jika ia menjawab tidak, mungkin ia hanya ingin melihat dari jauh. Jika ia menjawab ya, Costigan akan menggandengnya dan membawa ke tempat mainan itu dan mengajarkannya.
Jerome Kagan, profesor psikologi di Harvard University yang meneliti mengenai anak pemalu selama 30 tahun ini mengatakan agar para orangtua melihat lagi karakteristik anak pemalu ini. Tanyakan pada diri sendiri, "Apakah sifat pemalu anak saya ini sungguh hebat hingga mengkhawatirkan akan mengganggu kebahagiaannya?" Jika kasusnya seperti itu, ia menyarankan untuk mengundang satu teman mainnya yang tak terlalu dominan untuk bermain di rumah Anda bersama si kecil. Saat si kecil sudah mulai terbiasa dengan si teman itu, undang teman yang lain lagi untuk bermain. Ia mengandaikan kondisi anak yang semacam ini seperti ketika seseorang belajar bermain di laut. Pertama celupkan jari-jari kaki dulu, lalu lama-lama makin dalam. Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa 9 dari 10 anak pemalu, kondisinya tidak perlu dikhawatirkan.
Sementara Dee Costigan, guru dari Florence, Massachusetts, AS, berpendapat dalam family.co.com, anak pemalu tidak secara otomatis berarti bahwa si anak tidak bahagia. Anak yang senang duduk di luar lingkaran teman-temannya bisa jadi ia memang tipe yang senang memerhatikan teman-temannya dan lebih nyaman menerima lingkungannya dengan menyerap informasi ketimbang terlibat di dalamnya.
Costigan mengatakan, bila ia melihat ada anak didiknya terlihat seperti ia ingin bermain tetapi terlalu malu, ia akan bertanya pada anak itu apakah si anak mau bermain dengan mainan itu. Jika ia menjawab tidak, mungkin ia hanya ingin melihat dari jauh. Jika ia menjawab ya, Costigan akan menggandengnya dan membawa ke tempat mainan itu dan mengajarkannya.
8.
Silakan
ustad menyampaikan pesan penutup di akhir pembicaraan kita kali ini!
JAWAB:
Mengatasi rasa malu ini lebih sulit ketimbang
mengatasi rasa lapar. Takut-takut saat bertemu orang, tidak mampu mengungkapkan
kata-kata di hadapan orang lain, menarik diri dari teman, adalah sederet
perilaku khas anak pemalu. Bisakah berubah?
Apa itu rasa lapar? Saat lambung kosong,
tubuh akan mengirim kabar ke otak. Reaksinya, muncul sinyal peringatan agar
lambung yang kosong itu segera diisi. Bentuk sinyal peringatan itu kita merasa
lapar. Mirip dengan soal lapar, saat diri kita merasa terganggu dan tidak
nyaman dalam situasi-kondisi lingkungan tertentu, tubuh juga mengirim sinyal
peringatan bentuknya muncul rasa malu.
Rasa lapar dapat diatasi dengan mengisi
lambung, begitu pula rasa malu dapat teratasi bila tubuh sudah merasa aman dan
nyaman. Namun mengatasi rasa malu ini lebih sulit ketimbang mengatasi rasa
lapar. Terutama bagi anak-anak. Sebab anak-anak yang pemalu bukanya didukung
dan dibantu mengatasi rasa malunya, malah lebih sering diledek atau dimarahi
oleh orang sekitar entah orang tua, guru teman atau pengasuh.
Oleh karena itu, orangtua harus sabar
membimbing dan mendidik ananya yang pemalu sehingga secara bertahap anak bisa
berubah ke arah yang lebih baik, yaitu hanya merawat malu yang lahir dari
keimanan dan menjauhkan diri dari malu tercela. Amin
…
Penulis: Ustad Ramdan Priatna (disarikan dari berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar